Framing Kompas TV Mengenai Dinasti Politik Dalam Program Acara ‘Rosi’ Kompas TV Pada Episode ‘Politik Uhuy Komeng
Abstract
Penelitian ini meneliti tentang framing Kompas TV mengenai dinasti politik dalam program acara Rosi Kompas TV pada episode ‘Politik Uhuy Komeng’. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana framing Kompas TV terhadap dinasti politik dalam membentuk opini publik. Sebagai landasan dalam penelitian ini terdapat beberapa teori yang digunakan yaitu analisis framing Robert N.Entman, teori dinasti politik, teori komunikasi politik dan kampanye politik. Objek penelitian ini mengenai dinasti politik pada program ‘Rosi’ Kompas TV pada episode “Politik Uhuy Komeng”.
Metode penelitiannya adalah kualitatif dengan analisis framing Robert N.Entman untuk mengetahui bagaimana pembingkaian Kompas TV terhadap dinasti politik. Sumber data primer berupa catatan peneliti melalui transkrip dokumentasi tayangan program Rosi episode “Politik Uhuy Komeng”. Sumber data sekunder adalah teori dan studi pustaka terkait dari buku, jurnal, literatur dan sumber internet. Tahapan metode penelitian diawali pengumpulan data, triangulasi data, analisis data, penyajian dan kesimpulan. Hasil penelitian menemukan bahwa analisis framing Robert N.Entman berupa define problems (pendefinisian masalah), diagnose causes (sumber masalah), make moral judgement (membuat Keputusan moral), dan treatment recommendations (penyelesaian masalah) mengenai dinasti politik dalam program acara Rosi Kompas TV episode “Politik Uhuy Komeng”. Analisis framing Robert N.Entman menunjukkan bahwa kelucuan Komeng dalam berkampanye yaitu memasang foto yang lucu menjadi strategi yang bagus untuk mendapatkan suara terbanyak, selain itu adanya kemungkinan Komeng akan mengulangi siklus yang sama terkait dinasti politik dengan adanya desas-desus ingin mengajak teman atau kerabatnya menjadi staf Komeng. Pembingkaian Kompas TV adalah menentang adanya dinasti politik atau KKN dan berpihak pada Komeng bahwa harus diplomatis agar tidak melahirkan dinasti politik. Saran pada penelitian ini sebaiknya Kompas TV menghadirkan narasumber yang beragam agar berimbang dan tidak hanya menghadirkan narasumber dari kalangan pelawak atau komedian saja. Disarankan bagi pemerintah untuk tidak memikirkan dirinya sendiri atau kelompoknya agar tidak menimbulkan dinasti politik.
This research examines Kompas TV's framing of dynastic politics on the Rosi Kompas TV program in the episode 'Politik Uhuy Komeng'. This research aims to find out how Kompas TV's framing of the phenomenon of dynastic politics shapes public opinion. As a basis for this research, several theories are used, namely Robert N. Entman's framing analysis, dynastic political theory, and mass media theory. The object of this research is the phenomenon of dynastic politics on the Kompas TV 'Rosi' program in the episode "Politics Uhuy Komeng".
The research method is qualitative with Robert N. Entman's framing analysis to find out how Kompas TV frames the phenomenon of dynastic politics. The primary data source is in the form of researchers' notes through transcripts of recordings of the Rosi program episode "Politics Uhuy Komeng". Secondary data sources are theory and related literature studies from books, journals, literature and internet sources. The research method stages begin with data collection, data triangulation, data analysis, presentation and conclusions.
The results of the research found that Robert N. Entman's framing was in the form of defining the problem (problem definition), diagnosing the cause (source of the problem), making a moral judgment (making a moral decision), and recommending treatment (solving the problem) on the phenomenon of dynastic politics on the Rosi Kompas program. TV Episode "Uhuy Komeng Politics". Robert N. Entman's framing analysis shows that Komeng's cuteness in campaigning, namely posting funny photos, is a good strategy to get the most votes, apart from that, there is a possibility that Komeng will repeat the same cycle regarding political dynasties with rumors of wanting to invite his friends or relatives to become Komeng staff. Kompas TV's framing is against the existence of political dynasties or KKN and sides with Komeng that it must be diplomatic so as not to give birth to political dynasties. The suggestion in this research is that Kompas TV should present a variety of sources so that it is balanced and not only present sources from comedians or comedians. It is advisable for the government not to think about itself or its groups so as not to give rise to dynastic politics.