Framing Kompas TV Mengenai Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat pada Program Sapa Indonesia Malam Berita ‘Menkeu Sri Mulyani Beberkan Rincian Barang Mewah yang Kena PPN 12%’
Abstract
Penelitian ini bertujuan mengetahui framing Kompas TV pada program Sapa Indonesia Malam mengenai peningkatan kesejahteraan masyarakat pada berita ‟Menkeu Sri Mulyani Beberkan Rincian Barang Mewah Yang kena PPN 12%‟. Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan analisis framing Zhongdang Pan & Gerald M. Kosicki. Objek penelitian ini ada program Sapa Indonesia Malam Kompas TV pada berita mengenai kenaikan PPN 12% tanggal 17 Desember 2024, 18 Desember 2024, 30 Desember 2024, dan 31 Desember 2024 sejumlah dua berita. Kesimpulan penelitian menemukan bahwa Kompas TV pada program Sapa Indonesia Malam berita ‘Menteri Keuangan Sri Mulyani beberkan Rincian Barang Mewah yang Kena PPN 12%’mengarahkan pesan kepada publik bahwa pemerintah melalui Kementerian Keuangan kurang maksimal dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia dengan menaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) karena kenaikan PPN 12% diterapkan saat target-target ekonominya selama 2024 tidak tercapai, berdasarkan data-data BPS dan Kementerian Keuangan.
This research aims to find out the framing of Kompas TV on the Sapa Indonesia Malam program regarding improving people's welfare on the news “Minister of Finance Sri Mulyani Discloses Details of Luxury Goods Subject to 12% VAT”. This research method is qualitative with Zhongdang Pan & Gerald M. Kosicki framing analysis. The object of this research is Kompas TV's Sapa Indonesia Malam program on the news about the 12% VAT increase on December 17, December 18, December 30, and December 31, 2024, a total of two news. The conclusion of the research found that Kompas TV on the Sapa Indonesia Malam program news ‘Finance Minister Sri Mulyani reveals Details of Luxury Goods Subject to 12% VAT’ directed a message to the public that the government through the Ministry of Finance was not optimal in efforts to improve the welfare of the Indonesian people by increasing Value Added Tax (VAT) because the 12% VAT increase was implemented when its economic targets for 2024 were not achieved, based on BPS and Ministry of Finance data.